Search

Meneroka Batas, Unjuk Gigi Perupa Disabilitas Via Karya Seni | Gaya Hidup - Gatra

Solo, Gatra.com - Sebanyak 28 perupa disabilitas menampilkan karya seni mereka ke publik lewat pameran ‘Meneroka Batas’ di kampus Institut Seni Indonesia, Solo, 10-15 November ini. Upaya memberi ruang ekspresi bagi para disabilitas yang selama ini sangat terbatas.

Salah satu lukisan yang ditampilkan di ajang ini, ‘Bermain di Negeri Dongeng’, merupakan karya perupa muda Bagaskara Maharestu Pradigdaya Irawan. Pada kanvas 100 x 130 centimeter, lewat cat akrilik Bagas menampilkan imaji masa kecilnya tentang negeri dongeng yang meriah dan warna-warni, oleh para penghuninya, seperti kurcaci, peri, hingga rumah jamur.

Karya mahasiswa ISI Yogyakarta yang bisu tuli ini, seperti lukisannya yang lain di pameran ini, ‘Malioboro’, amat detail. Melalui bahasa isyarat, Bagas menjelaskan bahwa ia berkarya dan terus mengasah kemampuannya melukis sejak kecil. “Lukisan ini seperti mimpi yang saya ekspresikan,” ujar dia, usai pembukaan pameran, Minggu (10/11) malam.

Menurut Bagas, ‘Meneroka Batas’ yang menjadi pameran bersama ketujuhnya menjadi bagian langkah dia untuk bisa go international. “Harapan saya bisa mengajar anak-anak melukis. Saya juga ingin membuat galeri seni untuk teman-teman tuli di Indonesia,” tuturnya.

Harapan Bagas untuk menyediakan ruang seni bagi para disabilitas sesuai dengan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menggelar pameran yang menjadi bagian ‘Festival Bebas Batas’ 2019. Di tahun keduanya, gelaran ini memamerkan karya 28 perupa disabilitas hasil seleksi.

Selain Bagas yang bisu tuli, perupa lain mengalami disabilitas daksa atau fisik, autisme, dan cerebral palsy. Sejumlah karya dari orang dengan gangguan jiwa dari lima rumah sakit jiwa juga ditampilkan. Sebelumnya 51 karya ODGJ telah dipamerkan di mal Solo Square, medio Oktober lalu, sebagai bagian festival Festival Bebas Batas 2019.

Kurator pameran ini Hendra Himawan menjelaskan semua karya disabilitas ditimbang secara artistik. “Pencapaian artistik dan potensi seni teman-teman disabilitas luar biasa dan bukan remeh temeh. Semoga ini menginspirasi, bahwa dengan seni, dunia bekerja tanpa ada sekat perbedaan,” ujarnya.

Menurut dia, melalui pameran ini, isu ruang berekspresi bagi disabilitas bisa menjadi perhatian publik. “Kami ingin membangun kesadaran publik bahwa ini isu kemanusiaan. Kesenian adalah jalan paling memukinkan karena tiap orang punya ekspresi dan gagasan,” kata dia.

Rektor ISI Solo Guntur pun memaparkan selama ini kampusnya memberi ruang bagi disabilitas, termasuk menerima mahasiswa dan tenaga pendidik yang seorang disabilitas. Selain itu, ada sejumlah program dan pendampingan, seperi pertunjukan seni yang melibatkan disabilitas.

“ISI Surakarta ramah terhadap difabel agar mereka dapat berkreasi dan menumbuhkan kepercayaan diri. Pameran ini menjadi strategi para difabel melampaui keterbatasan. Karya-karya seni menjadi amunisi untuk menunjukkan mereka ada,” tutur Guntur.

Direktur Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Restu Gunawan mengatakan festival ini menjadi ajang berbagi ilmu dan belajar. Mengingat durasi pameran terbatas, ia meminta peserta dan penikmat seni mengaktifkan media sosialnya untuk membagi info tentang pameran ini.

“Kami berharap ada inisiatif dari bawah, dari komunitas, civil society, agar kegiatan ini sustain (bertahan). Kami siap mendukung,” ujar Restu saat memberi sambutan pembukaan acara.

Menurut dia, ruang publik untuk disabilitas harus diperluas. Selanjutnya, bukan hanya untuk seni rupa, melainkan juga bentuk ekspresi budaya yang lain seperti karya seni pertunjukan dapat diberi ruang dan ditampilkan oleh para disabilitas.

“Kami berharap masyarakat peduli dan mengapresiasi. Pemerintah akan membuka ruang apresiasi untuk semua karena selama ini banyak yang tidak bisa memamerkan karya,” kata dia.

Di pembukaan pameran, para seniman disabilitas lainnya juga unjuk gigi dengan menyanyi, bermain musik, hingga breakdance. Selain pameran seni ‘Meneroka Batas’, Festival Bebas Batas 2019 juga menggelar lokakarya dan diskusi soal seni dan disabilitas pada Senin (11/11) di kampus ISI Solo.


Editor: A. Hernawan


Let's block ads! (Why?)



"Karya" - Google Berita
November 11, 2019 at 07:04AM
https://ift.tt/2Q3HU1O

Meneroka Batas, Unjuk Gigi Perupa Disabilitas Via Karya Seni | Gaya Hidup - Gatra
"Karya" - Google Berita
https://ift.tt/2V1hiPo

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Meneroka Batas, Unjuk Gigi Perupa Disabilitas Via Karya Seni | Gaya Hidup - Gatra"

Post a Comment

Powered by Blogger.