JAKARTA, investor.id – Kinerja emiten BUMN karya diproyeksi bakal lebih bagus pada tahun depan. Hal ini karena tahun depan akan lebih banyak kontrak bergulir dibandingkan tahun ini yang banyak penundaan karena tahun politik. Sejumlah faktor yang juga turut mendorong kinerja emiten BUMN karya di antaranya divestasi saham di beberapa ruas jalan tol milik BUMN karya serta masuknya pembayaran proyek infrastruktur yang menggunakan skema turnkey.
Salah satu emiten BUMN karya yang optimis menatap tahun depan adalah PT PP (Persero) Tbk (PTPP). Presiden Direktur PTPP Lukman Hidayat mengatakan, perseroan optimistis pada tahun depan dapat meraih total kontrak mencapai Rp 45 triliun atau naik sebesar 7,1% dari total kontrak tahun sebelumnya Rp 42 triliun.
Di sisi lain, perseroan berharap dapat menepati target capaian kontrak tahun ini sebesar Rp 42 triliun dikarenakan masih ada beberapa kontrak yang akan difinalisasi pada akhir tahun. Salah satunya adalah proyek jalan tol yang belum perseroan umumkan dan memiliki nilai investasi sebesar Rp 3 triliun.
“Namun untuk laba kami belum bisa menargetkan berapa angka yang akan kami kejar dengan pertimbangan pada tanggal 1 Januari nanti akan berlaku PSAK 71, 72 dan 73 yang menyebabkan belum selesainya Rencana Kerja Anggaran Pengeluaran (RKAP) kami. Tapi kami optimis kinerja kami akan naik, karena efisiensi kerja dari digitalisasi sistem dan pengembangan sumber daya manusia yang kami lakukan,” ujar Lukman di Jakarta, Selasa (26/11).
PTPP pada tahun depan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp 7,5 triliun yang berasal dari sisa dividen, laba, dan pinjaman bank. Belanja modal itu akan digunakan untuk modal kerja dan proyek-proyek perseroan mendatang, salah satunya penyulingan air laut untuk keperluan industri, air minum dan garam.
Untuk capex tahun ini, menurut Direktur Keuangan PTPP Agus Purbianto, sudah terserap sekitar Rp 5 triliun dari total anggaran Rp 6,8 triliun. “Kami gunakan untuk pembangunan perumahan urban, proyek Kereta Api Indonesia (KAI) yang berada di Makassar, dan pada bidang energi yaitu pembangkit listrik,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) Kuntjara mengatakan, perseroan menargetkan pertumbuhan minimal 20% untuk pendapatan dan kontrak baru pada tahun depan. Hal ini seiring berlanjutnya pembangunan infrastruktur pemerintah.
“Kami melihat ada tender-tender konstruksi di sektor energi yang mundur dari tahun ini ke tahun 2020. Selain itu proyek-proyek andalan pemerintah seperi LRT (light railway transit) tahap II dan MRT tahap II juga terus berlanjut. Kami harap bisa berpartisipasi,” jelas dia di Jakarta, Selasa (26/11).
Tahun ini, Wika Beton menargetkan kontrak baru hingga Rp 9 triliun. Sementara per Oktober 2019, perseroan baru mengantongi Rp 5,2 triliun. Perseroan tetap optimistis mampu mencapai target tersebut.
Guna mengejar target, Wika Beton juga terus memaksimalkan penjualan produk-produk baru seperti precast untuk konstruksi rumah. Proyek bernama Rumah Wika Beton (RWB) saat ini tengah dikerjakan perseroan di Villa Kebun Raya Estate, Bogor.
Perseroan tercatat telah berhasil memasarkan 150 rumah, dan menargetkan 50 rumah baru terjual lagi sampai akhir tahun ini. “RWB ini salah satu inovasi kami, dimana satu rumah bisa tuntas dikerjasamakan dalam waktu 7 hingga 8 hari. Kami harap ada proyek baru seperti ini lagi tahun depan,” kata Kuntjara.
Divestasi Ruas Toal
Analis PT Philip Sekuritas Anugerah Zamzami mengatakan, divestasi saham untuk hak konsesi rual tol yang dilakukan BUMN karya seperti PT Waskita Karya Tbk (WSKT) bisa berimbas positif kepada balance sheet perseroan.
“Divestasi jalan tol dilakukan agar BUMN karya bisa memiliki dana lagi untuk investasi jalan tol,” jelas dia kepada Investor Daily, Senin (25/11).
Zamzami juga menilai positif apabila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang akan membeli salah satu ruas tol yang akan didivestasi Waskita Karya. Namun, dia mengingatkan Pemprov DKI perlu memperhatikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebelum membeli tol tersebut. “Penerbitan obligasi daerah bisa menjadi jalan untuk menutupi defisit,” kata dia.
Seperti diketahui, Waskita Karya akan mendivestasi sejumlah ruas tol, salah satunya adalah Tol Becakayu (Bekasi-Cwang-Kampung Melayu). Terkait divestasi ruas tol, perseroan berpotensi meraup keuntungan mencapai Rp 878 miliar dari saham miliknya di ruas tol PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN) selaku pengelola ruas tol Solo-Ngawi dengan masa konsesi hingga 2056 dan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri (JNKK).
Perseroan sebelumnya telah menandatangani perjanjian jual beli (CSPA) dengan Road King Infrasctructure Ltd yang berniat mengambil alih masing-masing 40% saham Waskita di dua ruas tol tersebut Waskita akan mendapatkan uang muka senilai Rp 1,88 triliun, kompensasi atas kenaikan tarif ruas JSN mencapai Rp 194 miliar, dan kompensasi otoritas jalan tol hingga Rp 428 miliar.
Sementara itu, pada akhir tahun ini, Zamzami menilai saham BUMN karya berpeluang menguat. Hal ini diperkuat oleh masuknya pembayaran proyek yang menggunakan skema turnkey.
Sebelumnya, manajemen Waskita Karya mengatakan banyak mendapatkan dana segar mulai tahun ini. Selain dari divestasi tol, perseroan juga bakal mendapatkan pembayaran proyek turnkey yang nilainya ditaksir mencapai Rp 22 triliun hingga Desember 2019. Namun, sebelum penguatan di akhir tahun tersebut, BUMN karya harus menghadapi tantangan terlebih dahulu.
Zamzami mengungkapkan, penurunan jumlah tender proyek akibat adanya penundaan di tahun politik dan pengkajian ulang holding BUMN karya berpengaruh signifikan terhadap kinerja BUMN karya.
“Beberapa emiten seperti PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) dan Waskita Karya harus merevisi target kontraknya ke bawah,” kata dia.
Sedangkan untuk tahun depan, dia menilai performa BUMN karya sangat bergantung pada penambahan kontrak baru. Idealnya, setelah tahun politik berakhir akan banyak kontrak baru bergulir. “Yang paling besar adalah proyek pemindahan ibu kota, namun tampaknya baru dijalankan pada 2021,” jelas dia.
Dengan melihat sentimen tersebut, Zamzami masih merekomendasikan saham BUMN karya. Salah satu saham yang direkomendasikan adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp 2.100 pada akhir 2019.
Sementara itu, analis PT Binaartha Sekuritas M Nafan Aji menjelaskan, divestasi saham tol milik BUMN karya ke investor, termasuk DKI Jakarta memang bisa berpengaruh positif terhadap kinerja BUMN karya. “Bisa menyehatkan cashflow,” terang dia.
Dia menilai, secara keseluruhan, BUMN karya masih memiliki prospek kinerja dan saham yang positif. Salah satunya adalah PTPP yang bisa mencapai harga saham Rp 3.250 dalam satu tahun mendatang.
“Divestasi tol PP, Medan-Kualanamu- Tebing Tinggi dan Pandaan-Malang bisa membantu kinerja PP,” kata dia.
Selain PP, Nafan juga menilai positif kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Kinerja Adhi Karya dipengaruhi oleh pembayaran proyek light railway transit (LRT) dan penambahan kontrak baru.
“Pada tahun 2020, Adhi Karya juga masih diprediksi akan menerima proyek dari pemerintah, BUMN ataupun swasta,” kata Nafan.
Secara teknikal, Nafan mengungkapkan, saham Adhi Karya berpeluang menguat dengan target harga di level Rp 1.550 dalam tiga bulan mendatang dan Rp 2.000 dalam satu tahun mendatang.
Selanjutnya adalah saham Wijaya Karya. Menurut Nafan, penggunaan teknologi Building Information Modelling (BIM) dalam pembangunan infrastruktur dinilai akan mendorong kinerja Wika ke depan. Saat ini, tercatat ada 80 proyek Wika dengan menggunakan teknologi BIM.
Hal lain yang bisa mendorong kinerja Wika adalah beberapa proyek transportasi massal berbasis rel sepèrti MRT, LRT, Loop Line dan juga pengerjaan beberapa proyek jalan tol. Wika juga tengah mengerjakan proyek di luar negeri seperti di Taiwan dan Malaysia.
Dengan melihat sentimen tersebut dan aspek teknikal, Nafan menilai saham Wika bisa menembus harga Rp 2.380 dalam tiga minggu mendatang dan Rp 3.290 dalam satu tahun mendatang.
Tergantung Pemerintah
Pengamat pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada berpendapat, proyeksi kinerja keuangan emiten dan saham BUMN karya hingga akhir tahun ini dan pada lima tahun ke depan, akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin dalam proyek-proyek infrastruktur. Pemerintah diharapkan bisa membantu BUMN karya dengan mempercepat termin pembayaran proyek-proyek yang ditanganinya.
“Harapannya, pemerintah bisa mempercepat pembayaran uang termin proyek oleh BUMN karya dan mereka jangan dipaksa untuk investasi untuk proyek infrastruktur yang utilisasinya lambat. Mudah-mudahan ada evaluasi. Karena, kinerja mereka, terutama arus kasnya (cash flow), dalam 2-3 tahun terakhir, mereka sudah sangat terganggu, sehingga membebani keuangan dan rencana investasinya,” ujar Reza.
Menurut dia, dalam 2-3 tahun terakhir, cashflow BUMN karya sudah sangat terbebani oleh proyek-proyek strategis milik pemerintah yang harus digarapnya. Mereka telah dipaksa menggarap proyek-proyek pemerintah yang dbiayai dari dana APBN dengan pembayaran yang seringkali terlambat. Bahkan, BUMN karya telah dipaksa untuk investasi pada proporsi persentase saham tertentu di proyek-proyek pemerintah antara lain jalan tol, sehingga membebani keuangannya.
Pada kasus jalan tol, lanjut dia, pada ruas tertentu yang selesai dibangun pun, utilisasinya seringkali lambat untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini akan semakin menjadi beban bagi BUMN karya sebagai perusahaan. Karena, mereka juga dituntut memiliki cash flow yang sehat, menghasilkan pendapatan, dan laba bersih.
Dampaknya, banyak dari mereka yang cashflow-nya telah negatif, sehingga mengganggu rencana investasi dan kinerja keuangannya menurun. Akhirnya, kinerja saham BUMN karya di bidang kontruksi, yakni ADHI, WIKA, dan PTPP, serta saham infrastruktur JSMR di Bursa Efek Indonesia pun ikut melempem.
Walaupun cash flow dan kinerja keuangan BUMN karya sudah cukup terganggu, Reza juga tak terlalu yakin dengan perubahan yang fundamental dari kebijakan pemerintah dalam memperlakukan BUMN karya ketika menangani banyak proyek strategis nasional dalam lima tahun ke depan.
“Mungkin polanya hampir sama karena pemerintah sekarang ini (Jokowi-Ma’ruf Amin) merupakan lanjutan dari pemerintahan sebelumnya. Walaupun saya masih berharap, minimal proyek yang dibebankan ke BUMN dikurangi, sehingga bebannya berkurang dan keuangannya terus membaik. Sebab, kalau banyak proyek infrastruktur dengan nilai besar, tapi keuangannya terganggu kan nggak bagus bagi BUMN karya,” tambah dia.
Selama ini, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merupakan BUMN karya dengan diversifikasi proyek beragam di antaranya jalan tol, jembatan, pelabuhan, bandara dan lainnya dengan nilai proyek terbesar. Kemudian, PT PP Tbk (PTPP) yang banyak membangun gedung menyusul dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang banyak membangun infrastruktur transportasi.
Sedangkan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) lebih dkenal merupakan emiten operator jalan tol. Karena kondisi tersebut, Reza merekomendasikan tahan (hold) saham emiten BUMN karya, yakni ADHI, WIKA, PTPP, dan JSMR. “Kalau proyeksi saya, rata-rata saham emiten BUMN karya di Bursa Efek Indonesia saat ini masih punya peluang penguatan 5-6% dari harganya sekarang,” ujarnya.
Pada penutupan perdagangan Selasa (26/11), saham WIKA ditutup menguat Rp 45 (2,35%) ke posisi Rp 1.960, saham ADHI naik Rp 10 (0,85%) ke level Rp 1.180, saham PTPP stagnan di posisi Rp 1.505, sedangkan saham JSMR melemah Rp 110 (2,21%) ke level Rp 4.870. (c02/lm)
Sumber : Investor Daily
"Karya" - Google Berita
November 27, 2019 at 03:49PM
https://ift.tt/2DkU8M3
2020, Kinerja Emiten BUMN Karya Lebih Bagus - Investor Daily
"Karya" - Google Berita
https://ift.tt/2V1hiPo
Bagikan Berita Ini
0 Response to "2020, Kinerja Emiten BUMN Karya Lebih Bagus - Investor Daily"
Post a Comment