SAIFUL ANWAR, Grobogan, Radar Kudus
“Aku kan belum mengenal cinta, bagaimana aku menuliskannya?”
Begitulah kira-kira ungkapan hati Istikomah saat dimiintai tolong temannya menulis surat cinta ketika masih duduk di bangku madrasah aliyah (MA). Maklum, dia belum pernah pacaran ketika itu. Namun, karena dia dianggap teman-temannya paling jago menulis, dialah yang didapuk untuk menuliskan surat cinta teman-temannya.
Istikomah pun akhirnya mempelajari cinta melalui buku-buku yang dia baca. Mau tak mau, dia pun akhirnya benar-benar menuliskan surat cinta untuk teman-temannya. Terlebih, saat duduk di bangku MA itu pula, kegemarannya terhadap karya sastra meluas. Puisi, cerpen, hingga pantun.
”Hasilnya, teman-temanku selalu merasa puas dengan surat yang kutulis,” terang perempuan kelahiran Grobogan 19 Oktober 1981 itu.
Sebagai siswa yang memilih penjuruan bahasa dan ikut di ekskul KIR (karya ilmiah remaja), Isti memang seperti jaminan tulisan bagus. Apalagi berbagai macam tulisannya tak jarang nangkring di majalah dinding sekolah.
Sayangnya, usai lulus madrasah aliyah, bakat kepenulisan Istikomah seperti terkubur begitu saja. Berbagai kesibukan kuliahnya di Universitas Widya Dharma Klaten membuat bakatnya seakan mati suri.
Istikomah mengaku kembali menemukan momentumnya sekitar empat tahun lalu. Yakni saat gencar-gencarnya event menulis online. Berawal iseng, ibu dua anak ini pun jadi ketagihan mengikuti berbagai event tersebut.
Setelah bakat menulisnya kembali, dia pun menginisiasi penulisan karya sastra Jawa. Terbitlah karys berjudul Puspawarna Gurit Pangimpen. Antologi bersama karya berbahasa Jawa ini menjadi penting di tengah minimnya penerbitan karya serupa.
Untuk buku antologi bersama, Istikomah yang tinggal di Desa Kalanglundo, Kec. Ngaringan, Grobogan itu sudah mencatatkan namanya di 33 buku. Termasuk buku berbahasa Jawa. Sedangkan, karya untuk nama tunggal atas namanya, sejauh ini baru sebuah: Adit dan Pena Sakti yang terbit tahun lalu.
Buku setebal 70 halaman itu bertemakan anak-anak. Isti mengaku ingin menggugah kesadaran membaca anak melalui buku tersebut. Ya, seperti apa yang dia alami ketika kecil.
”Kalau saya dulu suka baca buku karena sering diceritani dongeng oleh bapak. Dongeng-dongeng di radio juga aku tak pernah ketinggalan. Dengan buku ini, semoga bisa menggugah anak-anak untuk membaca,” kata Isti.
Di kancah literasi Grobogan, Isti aktif di Forum Silaturrahmi Penulis Grobogan (FLPG). Di komunitas itu, dia didapuk sebagai sekretaris. Dalam kesehariannya, dia juga aktif menulis di sosial media dan blog.
Di luar aktivitasnya sebagai guru dan penulis, Isti masih nyambi jualan di kantin sekolah. Maklum, sebagai guru honorer bersuamikan penjaga sekolah, dia merasa butuh tambahan penghasilan. Karena itu juga, dalam setiap perkenalannya, dia tak pernah menyebut dirinya sebagai penulis atau guru.
”Saya biasa memperkenalkan diri dengan sebutan ‘bakul gorengan’ pada siapa pun, Mas. Bukan penulis, apalagi guru,” aku Isti. (*)
(ks/him/top/JPR)
"Karya" - Google Berita
February 22, 2020 at 10:19AM
https://ift.tt/2P9EKbB
Tulis 33 Antologi, Inisiasi Karya Sastra Jawa - Jawa Pos
"Karya" - Google Berita
https://ift.tt/2V1hiPo
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tulis 33 Antologi, Inisiasi Karya Sastra Jawa - Jawa Pos"
Post a Comment