TABANAN, BALI EXPRESS - Berbagai prosesi serangkaian Karya Agung Pengurip Gumi Pura Luhur Batukau, Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan telah dilakukan sampai nanti puncak Karya akan berlangsung pada tanggal 20 Februari 2020. Banyaknya pemedek yang tangkil dan banyaknya sarana upakara tentu menyisakan sampah yang tidak sedikit. Maka dari itu sekelompok pemuda di Desa Wangaya Gede yang tergabung dalam Komunitas Biasa Terbiasa ikut 'ngayah' dalam mengelola sampah selama karya berlangsung.
Juru Bicara Komunitas Bisa Terbiasa, Nengah Tresnajaya atau yang akrab disapa Sengkun mengatakan bahwa tujuan komunitas ini ambil bagian Dalam Karya Agung Pengurip Gumi Pura Luhur Batukau adalah ingin mengimplementasikan secara nyata arti dari Karya Agung Pengurip Gumi yaitu mengembalikan alam sebagaimana fungsi alam itu sendiri. "Kegiatan ini merupakan murni wujud bakti kami sebagai panjak panembahan Luhur Batukau dan kepada bumi pertiwi dimana kami mendapatkan hak untuk hidup," tegasnya Minggu (26/1).
Ditambahkannya jika komunitas ini bukan terbentuk karena ada Karya Agung Pengurip Gumi saja, tetapi sudah terbentuk jauh sebelum Karya Agung akan digelar. Namun dengan momen Karya Agung Pengurip Bumi ini komunitas ingin mempertegas eksistensinya dengan ambil bagian untuk mengelola sampah selama karya. "Apalagi untuk sampah plastik, itu sampah kita, jadi kita sendirilah yang harus membersekan, karena alam tidak menciptakan plastik jadi alam tidak bisa mengelola plastik," imbuhnya.
Disamping itu, peran yang diambil Komunitas Bisa Terbiasa ini merupakan panggilan hati untuk membenahi Desa Wangaya Dede, terutamanya dari kepungan sampah plastik. Dimana Desa Wangaya Gede merupakan desa paling terakhir atau paling atas, yang logikanya jika masyarakat membuang sampah sembarangan dan sampah tidak dikelola dengan baik, maka sampah-sampah itu akan mengotori desa-desa dibawahnya.
Atas dasar itulah komunitas ini dibentuk.
Selanjutnya, Sabtu (25/1) kemarin ratusan pemuda dari Komunitas Bisa Terbiasa bersama dengan pemuda Desa Wangaya Dede dan Sekaa Teruna Desa Adat Tengkudak, ambil bagian dalam prosesi upacara Ngiringang Bhatara Nini ke Pura Luhur Batukau yang masih dalam rangkaian Karya Agung Pengurip Gumi Pura Luhur Batukau.
Kegiatan diawali dengan pemasangan kampil atau karung sebagai tempat sampah dari Pura Puseh Desa Adat Wangaya Gede sampai dengan Pura Luhur Batukau. Kemudian para pemuda Ngiring (berjalan) di barisan paling belakang untuk melakukan pembersihan sampah, utamanya sampah plastik sehingga desa kembali bersih dan asri.
"Tidak ada yang malu apalagi lelah mengambil sampah yang tercecer, semua bergerak dengan suka cita, bahu membahu dengan teman lainnya memunguti dan mengambil kampil-kampil berisi sampah yang selanjutnya dinaikkan ke motor sampah. Sambil Ngiring Ida Bethara juga menjaga lingkungan," sambungnya.
Tak hanya itu, saat Melasti Karya Agung Pengurip Gumi yang akan dimulai pada tanggal 29 Januari sampai dengan 31 Januari 2020 menuju Segara Tanah Lot, komunitas ini juga akan berpartisipasi dengan berjalan mengambil urutan paling belakang dan nantinya akan dibantu oleh para Sekaa Teruna Desa Adat yang dilintasi dan komunitas lainnya untuk mengambil sampah yang tercecer. "Maka dari itu kami mengajak masyarakat yang disepanjang jalur pemelastian untuk bisa menyediakan kampil atau tempat sampah didepan rumah masing-masing dan kami juga mengajak para pemedek untuk bisa membuang sampah pada tempatnya selama pemelastian," pungkasnya.
(bx/ras/yes/JPR)
"Karya" - Google Berita
January 26, 2020 at 08:36PM
https://ift.tt/2Gr1QFI
Komunitas Bisa Terbiasa Ngayah Kelola Sampah Selama Karya di Batukaru - Jawa Pos
"Karya" - Google Berita
https://ift.tt/2V1hiPo
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Komunitas Bisa Terbiasa Ngayah Kelola Sampah Selama Karya di Batukaru - Jawa Pos"
Post a Comment