Medan, IDN Times - Komunitas Perempuan Hari Ini (PHI) dibentuk pada tahun 2017. Lusty selaku founder PHI, menuturkan komunitas ini dibentuk oleh sesama perempuan untuk menjadi wadah bertukar pikiran, memberikan bimbingan dan advokasi bagi perempuan yang membutuhkan kepastian hukum.
Beberapa waktu lalu, Lusty bercerita seputar kegiatan PHI lewat Instagram Live bersama @kabarsejuk2008. Ada apa saja? Yuk simak!
1. Rutin mengadakan kegiatan berdiskusi bedah buku
Kata Lusty, PHI rutin mengadakan kegiatan berdiskusi bedah buku sebulan sekali di Literacy Coffee. Selain itu, PHI juga memberikan ruang perempuan untuk berkarya.
"Kita kasih panggung dan kita kasih lagu-lagu anti pelecahan terhadap perempuan. Kita coba hadirkan di panggung kecil dan kolaborasi-kolaborasi ini sih yang membuat kegiatan PHI di Medan jadi masif," ujarnya.
Baca Juga: Kisah Dokter Arnila, Bangun Pondok Belajar untuk Didik Anak Nelayan
2. Ada juga kegiatan olahraga beladiri kempo
Kemudian, pertemuan Lusty dengan Nindy menambah satu kegiatan olahraga beladiri dalam komunitas PHI. Hal ini dilakukan untuk membekali diri dari berbagai ancaman yang bisa terjadi di ruang publik.
"Nindy, anggota baru di 2018, waktu itu pertemuan kita tidak disengaja, tidak ada rekrutmen, aku melihat Nindy itu cukup vocal dan cocok diajak join. Aku panggil dia, kita ngomong, dia itu anak kempo dan sudah sabuk coklat," tuturnya.
"Kita terus mengkampanye kan kempo itu buat siapa aja mau laki-laki atau perempuan, ya udah gabung aja," sambungnya.
3. PHI bergerak kolektif
Lusty bercerita, sejak PHI berdiri tentu saja ada kesan baik maupun buruk yang dialaminya. Dari penilaian bahwa PHI mendapatkan dana dari Luar Negeri hingga pandangan-pandangan sentimen melihat mereka hanya menjual isu.
"Sejak 2017 itu kayaknya aku banyak kehilangan sesuatu walaupun di perjalan 2020 aku mendapatkan sesuatu. Banyak sekali senior-senior sangat agamis dan cukup ortodoks dalam memandang feminisme," ujar Lusty.
"Jadi kalau aku bisa terus terang, PHI bergerak sama sekali tidak ada uang, kita bergerak sangat kolektif, ketika teman-teman sentimen melihat NGO hanya menjual isu. Selalu saja memandang sisi negatifnya. Aku memandang hal ini hanya biasa saja," kata Lusty.
4. Tahun 2017, Lusty juga kehilangan anggota PHI sebanyak tujuh orang karena salah memberi penilaian
Tahun 2017, Lusty juga kehilangan anggota PHI sebanyak tujuh orang karena salah memberi penilaian. Misalnya, ketika berbicara melawan patriarki, ia mengaku bukan bermaksud untuk menjatuhkan tetapi hanya ingin menceritakan saja.
"Kemudian dia merasa bahwa aku sebagai leader perempuan menjatuhkan perempuan, sehingga ada yang kirim ke aku, kakak sering kali medukung perempuan kenapa menjatuhkan perempuan. Padahal, ketika aku mengkritik orang lain dan kebetulan gendernya itu perempuan. Hal seperti ini harus tuntas dan mendalami lagi ketika perempuan dukung perempuan," jelasnya.
5. Aktif membahas isu-isu yang sensitif di masyarakat, Lusty mengaku harus merasakan traumatik ketika ada bom molotov yang meneror tempat diskusi mereka
Aktif membahas isu-isu yang sensitif di masyarakat, Lusty mengaku harus merasakan traumatik ketika ada bom molotov yang meneror tempat diskusi mereka di Literacy Cafe beberapa waktu lalu.
"Ada traumatik ketika membuat gerakan, ada bom molotov, karena PHI selalu membawa isu yang tabu di Literacy. Basisnya aktivis ya, aktivis ada di sini, buruh perempuan petani, berpikir ya udah kita sebagai aktivis lebih berhati-hati menjaga langkah gerak kita," sambungnya.
Baca Juga: Aslinya Suami Setia, 10 Fakta Lee Tae Oh The World of the Married
"Karya" - Google Berita
April 25, 2020 at 04:45PM
https://ift.tt/3eMXUPP
Mengenal Komunitas Perempuan Hari Ini di Medan, Sediakan Ruang Karya - IDN Times Sumatera Utara
"Karya" - Google Berita
https://ift.tt/2V1hiPo
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mengenal Komunitas Perempuan Hari Ini di Medan, Sediakan Ruang Karya - IDN Times Sumatera Utara"
Post a Comment