Search

Selalu Bersyukur : Pesan Dalam Cerpen Bersyukurlah Anita Karya Widya Suwarna - Serambi Indonesia

Oleh : Nurhaida, S.Pd., S.Psi. | Pengkaji Kebahasaan di Balai Bahasa Aceh

Allah memberikan begitu banyak nikmat dan karunia kepada kita dalam kehidupan ini. Nikmat tersebut seperti nikmat hidup, nikmat kesehatan, dan nikmat kesempatan. Akan tetapi, di antara nikmat dan anugerah yang kita dapatkan, kadang kita lupa untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Allah.

Bahkan kadang kita masih mengeluh dan merasa tidak cukup dengan banyaknya nikmat yang sudah diberikan kepada kita. Kata syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung makna rasa terima kasih kepada Allah dan kata bersyukur mengandung makna berterima kasih; mengucapkan syukur. Ada suatu cerpen yang berjudul bersyukurlah Anita yang mengandung pesan agar kita selalu bersyukur. Cerpen tersebut dimuat di arsip majalah bobo, di situs https://bobo.grid.id/ read/08675668/bersyukurlah-anita.

Cerpen tersebut ditujukan untuk anak-anak. Rasa syukur dapat diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Namun, orang dewasa pun dapat mengambil pelajaran dari cerpen itu. Tokoh utama yang bernama Anita merupakan seorang siswa yang berprestasi. Ia mendapatkan rangking di kelasnya. Awalnya Anita mendapatkan rangking dua. Akan tetapi, ketika pembagian rapot kenaikan kelas ke kelas enam, ia mendapat rangking tiga. Teman sekelasnya yang bernama Ade, awalnya ia mendapat rangking tujuh.

Namun, sekarang Ade mendapat rangking dua. Ade merupakan anak pengusaha kaya yang mendapat berbagai fasilitas yang memudahkannya untuk belajar. Berbeda dengan Anita, ia merupakan anak penjual bubur ayam di pasar dan ibunya merupakan penjual  emper atau kroket. Hal tersebut membuat Anita menjadi sedih karena ia sudah berusaha dengan sebaik-baiknya. Anita sulit untuk menerima kenyataan bahwa ia mendapat rangking tiga seperti yang digambarkan dalam kutipan di bawah ini.

“Hei Anita, kok melamun. Kamu dipanggil Pak Hanafi. Kamu mendapat rangking 3!” kata Susan yang duduk di belakangnya sambil memukul pelan bahu Anita dengan penggaris. Bagaikan robot Anita maju. Tapi wajahnya tidak ceria. Bahkan air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

Ketika anak-anak pulang dengan gembira. Kecuali Nur dan Kezia yang tidak naik kelas, Anita masih diam di kelas. Ia memandangi rapornya  engan kecewa. Ia merasa dikalahkan oleh Ade, anak yang semula hanya berada di rangking 7. Kemudian ia merenung. Ade, anak pengusaha kaya, dipacu untuk berhasil. Disediakan 2 orang guru les.

Tadi ia mendengar, karena keberhasilan Ade mendapat rangking 2 ia akan diajak ayah ibunya ke Hongkong pada liburan nanti. Anita menyesali nasibnya karena ia tidak seberuntung teman-temannya yang memiliki orang tua yang berkecukupan dari segi finansial. Ia membandingkan kehidupan dirinya dengan kehidupan temannya yang lain seperti terungkap dalam kutipan berikut ini. Anita terguguk di bangku kelas. Ia melipat tangan dan menundukkan kepala di meja, bertumpu pada lipatan tangannya. Ia menyesali nasibnya. Kalaulah ia sekaya Ade, tentu ia bisa berhasil meraih rangking 2, bahkan siapa tahu meraih rangking 1.

Kekecewaan Anita juga tampak ketika ia disambut oleh ibunya dengan penuh sukacita. Ibunya mengucapkan selamat kepada Anita karena ibunya yakin bahwa Anita naik kelas. Ketika ibunya hendak melihat rapot anaknya, Anita mengungkapkan kekecewaannya  epada ibunya.

Ia juga menyampaikan kepada ibunya bahwa ia kurang memiliki waktu untuk belajar. Hal tersebut menyebabkan Anita tidak dapat berprestasi sebaik teman-temannya. Kekecewaan Anita yang disampaikannya kepada ibunya digambarkan dalam kutipan di bawah ini. “Pastilah kamu naik kelas. Selamat, ya!” kata Ibu. Kemudian Ibu mencuci tangannya karena ingin melihat rapor Anita. “Aku bukan juara dua lagi. Ade yang mendapat rangking 2. Ia anak orang kaya. Guru lesnya ada 2 dan ayahnya memberikan hadiah tour ke Hongkong!” kata Anita. Nada kecewa nyata dalam suaranya. “Kamu sudah berusaha sebaik-baiknya. Ibu bangga kamu berhasil mendapat rangking 3. Selain itu kamu pun banyak membantu di rumah!” hibur ibu.

Anita juga menyampaikan keluhannya kepada ibunya bahwa ia tidak mau lagi membantu ibunya. Ia akan menghabiskan waktunya untuk belajar. Anita juga menunjukkan kemarahannya kepada adiknya ketika adiknya mengingatkan Anita untuk mandi.  eluhan dan kemarahan Anita terdapat dalam kutipan di bawah ini. “Tapi kalau aku punya lebih banyak waktu untuk belajar, aku akan lebih berhasil! Aku tak mau membantu ibu lagi. Sekarang aku akan melihat lihat buku pelajaran kelas 6 dan mempelajarinya lebih dulu. Aku tak mau lagi dikalahkan Ade,” keluh Anita.

Ibu terdiam. Wajahnya sedih. Anita masuk ke kamar. Sempat ia melirik setumpuk bawang merah di wadahplastik. Menunggu untuk dikupas dan diiris. Setelah menghela napas Ibu melanjutkan pekerjaannya mengupas wortel. Sore itu Anita tidak banyak icara.

Bahkan ketika adiknya Kimo disuruh Ibu mengingatkan Anita untuk mandi, Anita  arah-marah. “Aku bisa mengatur diriku sendiri. Kalau kehabisan air di bak mandi, aku bisa memompanya sendiri,” bentak Anita. Anita menyadari kesalahannya ketika ia melihat begitu lelah ibunya menggantikan tugasnya di rumah yang selama ini dilakukan oleh Anita. Ibunya harus bekerja hingga larut malam karena Anita tidak mau membantunya. Rasa syukur hadir di dalam diri Anita ketika ia menyadari bahwa ia tidak boleh membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain.

Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut ini. Tiba-tiba Anita sadar bahwa ia bukan Ade. Ia tak bisa membandingkan dirinya dengan orang lain. Justru ia harus bersyukur karena Tuhan masih mengizinkan ia mendapat rangking 3.

Let's block ads! (Why?)



"Karya" - Google Berita
October 13, 2019 at 09:23AM
https://ift.tt/2OJAi3K

Selalu Bersyukur : Pesan Dalam Cerpen Bersyukurlah Anita Karya Widya Suwarna - Serambi Indonesia
"Karya" - Google Berita
https://ift.tt/2V1hiPo

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Selalu Bersyukur : Pesan Dalam Cerpen Bersyukurlah Anita Karya Widya Suwarna - Serambi Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.