TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Fadjroel Rachman dipanggil oleh Presiden Joko Widodo untuk mengisi jabatan di pemerintahan pada periode 2019-2024. Kendati, Fadjroel belum menjelaskan posisi apa yang ditawarkan Jokowi itu.
Pengamat Badan Usaha Milik Negara sekaligus pengajar di Universitas Indonesia, Toto Pranoto mengatakan kinerja Fadjroel sejatinya bisa dilihat dalam laporan kinerja Adhi Karya dalam tiga atau empat tahun ke belakang. "Jadi intinya kinerja bisa dilihat apakah selama 3-4 tahun sebagai komisaris kira-kira kinerja Adhi Karya meningkat enggak, kalau ada peningkatan berarti kan bagus, jalan. Fungsi pengawasan dewan komisaris pun jalan," ujar Toto dalam sambungan telepon kepada Tempo, Senin, 21 Oktober 2019.
Sementara bila performa perusahaan pelat merah itu stagnan, maka perlu dipertanyakan apa langkah komisaris kepada dewan direksi. Sebabnya, Toto mengatakan fungsi dewan komisaris adalah mengawasi jalannya target dan realisasi kinerja yang dieksekusi dewan direksi. Dewan komisaris mesti melakukan koreksi apabila ada hal yang dinilai kurang sesuai.
Fadjroel ditunjuk menjadi Komisaris Utama Adhi Karya pada September 2015. Pada tahun itu, laba bersih perseroan sepanjang tahun tercatat Rp 463,68 miliar atau meningkat 40,9 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 329,1 miliar.
Setahun setelahnya, kinerja perusahaan dengan kode emiten ADHI itu justru tercatat kurang cemerlang. Laba bersih BUMN karya tersebut tercatat turun 32,4 persen ke angka Rp 313,45 miliar di 2016.
Performa lesu itu tidak berlanjut pada tahun berikutnya. Pada 2017, pertumbuhan laba bersih perseroan melonjak 64,43 persen. Kala itu, perseroan tercatat mencetak laba bersih Rp 515,41 miliar.
Adapun pada 2018, pertumbuhan laba perseroan tercatat melambat ke angka 24,98 persen. Perusahaan konstruksi pelat merah membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 644,15 miliar pada tahun itu. Terakhir, pada semester I 2019, Adhi Karya membukukan laba bersih Rp 215 miliar atau tumbuh 1,08 persen secara tahunan.
Fadjroel Rachman dipanggil oleh Presiden Joko Widodo untuk datang ke Istana Kepresidenan, Jakarta Senin siang, 21 Oktober 2019. Ihwal dirinya akan mundur atau tidak dari posisi komisaris Adhi Karya setelah mendapat tawaran posisi dari Jokowi, Fadjroel mengatakan dirinya belum bisa memastikan soal itu. Fadjroel mengatakan hal itu akan dibicarakan lebih jauh nantinya.
"Apakah harus mundur dari sebagai komisaris Adhi Karya ataukah tetap berada di sana, jadi belum ada pembicaraan sampai sejauh itu," kata Fadjroel seusai bertemu Presiden.
Berdasarkan situs Adhi Karya, Fadjroel Rachman lahir 17 Januari 1964 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selain komisaris, dia bekerja sebagai peneliti, penulis dan pengamat politik.
Fadjroel Rachman adalah lulusan Sarjana Muda Jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung, S1 Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, S2 Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan S3 Komunikasi Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dari Universitas Indonesia.
Sebagai Komisaris Utama di Adhi Karya, penghasilan Fadjroel Rachman sebesar Rp 1,12 miliar pada 2016. Penghasilan itu terdiri dari gaji Rp 54,45 juta per bulan, asuransi purna jabatan Rp 13,61 juta, tunjangan hari raya Rp 54,45 juta, tunjangan transportasi Rp 10,89 juta dan tantiem Rp 126,27 juta. Pada 2016, masa kerja Fadjroel sebanyak 12 bulan.
CAESAR AKBAR | EKO WAHYUDI
"Karya" - Google Berita
October 21, 2019 at 06:14PM
https://ift.tt/2BHikYd
Dipanggil ke Istana, Intip Kinerja Fadjroel Rachman di Adhi Karya - Tempo
"Karya" - Google Berita
https://ift.tt/2V1hiPo
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dipanggil ke Istana, Intip Kinerja Fadjroel Rachman di Adhi Karya - Tempo"
Post a Comment